Saya
pernah baca disalah satu sumber bahwa Pendidikan merupakan kunci
pembangunan. Yang dinamankan kunci adalah hal yang sangat penting
untuk membuka suatu yang terkunci, jadi pendidikan sendiri memiliki
peran yang sangat penting untuk membuka kejumudan dalam segala aspek
pembangunan. Pembangunan yang dimaksud mempunyai beberapa sudut
pandang, baik pembangunan dalam hal infrastruktur maupun pembangunan
dalam hal kebudayaan dan intelektual.
Pembangunan
infrastruktur, kebudayaan dan intelektual semua itu tidak akan
terwujud tanpa peran serta pendidikan dalam pembangunan. Pembangunan
infrastruktur yang berkualitas merupakan bukti tingginya kebudayaan
suatu kaum, dan tingginya kebudayaan merupakan bukti kehebatan
intelektual suatu kaum.
Satu
sama lain antara tiga bidang tersebut berkaitan dengan begitu
eratnya, dan itu semua akan terwujud dengan pendidikan. Jika memang
pendidikan itu hal yang sangat penting maka haruslah pendidikan
dirancang sebaik mungkin, dan bagaimanakah pendidikan di Indonesia
sekarang? Apa sudah cukup untuk membentuk manusia-manusia berkualitas
yang akan menjadi pemegang kekuasaan bangsa ini?
Indonesia
telah dijajah negara barat beratus-ratus tahun lamanya, pendidikan
yang kurang menjadikan warga Indonesia bersikap pasrah dengan
penjajahan. Namun dalam penjajahan itulah muncul kesadaran-kesadaran
para tokoh pendidikan Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara. Dia
dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari lahirnya diperingati
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya pun dipakai oleh
Departemen Pendidikan RI sebagai semboyan, yaitu
ing ngarsa sungtulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
(di
depan memberi teladan, di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa, di belakang memberi dorongan).
Rumus
itu telah dipraktekan oleh Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan
Perguruan Nasional Tamansiswa. Dari situlah dimulai mendidik
para
siswanya untuk memiliki nasionalisme sehingga mau berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan. Ki Hajar saat itu menempati posisi ing
madya mangun karsa, karena
berada di tengah-tengah antara rakyat pribumi dan pemerintah belanda
sehingga beliau menciptakan peluang untuk berprakarsa para rakyat
pribumi membangun kesadaran pentingnya memerdekakan Indonesia.
Kita
telah mengetahui bagaimana semangat Ki Hajar Dewantara dalam usaha
membangun Negara ini dengan memberikan pendidikan kepada rakyat
Indonesia. Sekarang bagaimanakah saat ini keadaan pendidikan
Indonesia, seandainya Ki Hajar Dewantara masih hidup apakah beliau
akan merasa bangga dengan pendidikan di Indonesia saat ini.
Dimasa
ini yang sering kita temui pergantian kurikulum, bagi saya para anak
didik di Indonesia seperti kelinci percobaan para menteri pendidikan
yang tak juga usai menguji coba kurikulum pendidikan yang mereka buat
kepada peserta didik unutuk menyeleksi manakah kurikulum yang paling
‘joss’. Sebenarnya apa hanya kurikulum yang menentukan kualitas
pendidikan?, padahal banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan selain kurikulum salah satunya yaitu Guru.
Menurut
salah satu sumber, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar
dan sisanya masih perlu pembenahan. Tentu saja hal itu terjadi karena
kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru,
dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang sibuk ngurusin
asap dapur rumahnya agar terus menyala.
Guru
digugu dan ditiru, slogan klasik yang sudah akrab ditelinga kita ini
sepertinya tidak lagi terterapkan dengan semestinya lagi. Murid saja
sedikit yang menghargai gurunya, demikian juga pemerintah benyak yang
memandang rendah kepada guru sehingga orangpun tidak termotivasi
menjadi guru. Padahal tanpa sosok pahlawan ini tidak akan ada sosok
seperti Habibi.
Sudah
sepantasnya kita sebagai warga dan pemerintah Indonesia saling bahu
membahu memberi andilnya dalam memajukan pendidikan di negara
tercinta ini untuk kemajuan Intelektual, Kebudayaan dan Infrastruktur
demi kemaslahatan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar