Minggu, Juli 07, 2013

DIMENSI ONTOLOGI PENDIDIKAN ISLAM



A.    Pendahuluan
Ontologi dalam kajian filsafat merupakan suatu hal yang paling awal dikaji, yaitu mencoba mendefinisikan apa itu ilmu (hakikat ilmu). Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, tak hanya cukup apa yang disebut dengan ontologi dari pendidikan Islam saja.
Kita akan mencoba mendefinisikan apa itu dimensi ontologis pendidikan Islam, dimana dimensi ontologi itu merupakan sisi-sisi dari hakikat itu sendiri yang terdiri dari beberapa aspek sedangkan ontologis pendidikan islam itu juga terdiri dari beberapa aspek pembentuknya. Masing-masing aspek ontologis baik itu filsafat maupun pendidikan Islam saling terkait.
Mengenai keterkaitan keduannya, sangat terasa hubungan keduannya dalam hal objek kajian, karena pendidikan Islam pada dasarnya merupakan pendidikan mengenai hal metafisika yang erat kaitannya dengan suatu hakikat.
Dalam lingkungan pendidikan Islam, selaku umat Islam yang menjadi objek sekaligus subjek dari pendidikan Islam akan mengetahui bagaimana proses dimulainya pendidikan Islam dari tahapan terendah hingga tertinggi. Mulai dari objek-objek kajian yang paling awal hingga akhir.



B.     Pengertian Ontologi
Menurut bahasa, otologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu, On/Ontos=ada, dan Logos=Ilmu, jadi ontologi adalah ilmu tantang yang ada.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat.[1]
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah relitas; realita adalah ke-real-an, riil, artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.[2]

C.     Objek Kajian Ontologi
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasannya objek kajian Ontologi dalam lingkup filsafat sendiri adalah kajian metafisika, yaitu hakikat tentang adanya sesuatu, pandangan tentang Tuhan, alam, dan manusia.

D.    Dimensi Ontologi Pendidikan Islam
1.      Pengertian, Dasar, dan Tujuan Pendidikan Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada istilah al-tarbiyah, al-ta’lid, dan al-ta’lim. Namun, yang sering digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah istilah al-tarbiyah.
a.       Al-tarbiyah
Al-tarbiyah berasal dari kata rabb, yang artinya tumbuh, berkembang,memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.
b.      Ta’lim
Kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan pemahaman terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah. Rasyid Ridha, mengartikan ta’lim sebagai proses transmisi berbagai Ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
c.       Ta’dib
Kata ini berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.[3]

Sebagai atifitas yang bergerak dalam proses pembinaan  kepribadian muslim, maka pendidikan islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberi arah bagi pelaksanaan pendidian yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini dasar yang menjadi acuan pendidikan islam hendaknya merupakan sumbernilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari pendidikan islam adalah Al Qur’an dan As Sunnah Rosululloh (hadits).
Menetapkan Al Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidian islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah maupun pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al Qur’an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadits sebagai dasar kedua dalam pendidikan islam.
Dalam pendidikan islam, sunnah Rosul mempunyai dua fungsi, yaitu:
a.       Menjelaskan sistem pendidikan islam yang terdapat dalam Al Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.
b.      Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rosululloh dengan sahabat, perlakuannya kepada anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.
Secara lebih luas, dasar pendidikan islam menurut Sa’id Ismail Ali terdiri atas 6 macam, yaitu: Al Qur’an, Sunnah, Qoul as-shohabat, masaalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim. Seluruh rangkaian dasar tersebutt secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan islam.[4]
Sedangkan seperti yang diputuskan pada Kongres se-Dunia ke II Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad menyatakan bahwa Tujuan Pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan prtumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, peerasaan dan indra. Karena itu pndidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kea rah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan Islam terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam meliputi:
a.       Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.
b.      Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
c.       Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
d.      Menjelaskan hubungannya dengan sang khaliq sebagai pencipta alam semesta.[5]
Yang diharapkan dalam adanya tujuan pendidikan islam adalah mampu menjalankan tugas dari pendidikan islam itu sendiri yaitu, menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.[6]
2.      Objek Kajian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam telah menampilkan diri dan memiliki persyaratan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan merupakan ilmu yang ilmiah, yaitu memiliki objek kajian. Dalam kaitannya dengan dimensi ontologis maka objek kajian ontologis akan ikut berperan dalam pembahasan objek kajian dimensi ontologi pendidikan islam.[7]
Seperti yang telah dibahas di atas bahwa objek kajian ontologis ialah kajian metafisika, yaitu hakikat tentang adanya sesuatu, pandangan tentang Tuhan, alam, dan manusia. Maka secara tidak langsung objek kajian ontologispun masuk dalam kajian pendidikan Islam.


a.       Tuhan
Tuhan sebagai Causa Prima yaitu sebagai sumber dari segala sumber memberikan pengertian pada diri kita bahwa segala yang ada selain diri-Nya adalah makhluk. Sedang dalam pendidikan islam yang berdasarkan Qur’an dan Sunnah tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sang Kholiq yaitu Alloh. Sebagaimana yang diajarkan dalam Qur’an dan Sunnah bahwa kajian utama dalam pendidikan Islam adalah aqidah yang menyangkut akan keberadaan Tuhan yang esa. Maka dari itu, konsep laa ilaaha illalloh adalah suatu kajian utama dalam pendidikan islam yang meniadakan suatu sesembahan apapun kemudian menetapkan satu sesembahan yang wajib disembah yaitu Alloh.
b.      Alam
Alam tidak bisa dinafikan dari kehidupan manusia. Interaksi alam-manusia tidak akan terputus karena keduanya saling memberikan kontribusi satu sama lain.
Sehingga merupakan tanggung jawab moral manusia untuk mengolah dan memanfaatkan seluruh sumber-sumber yang tersedia di alam ini guna memenuhi keperluan hidupnya. Demikianpun perlu disadari bahwa kewenangan manusia untuk memanfaatkan alam semesta harus didasarkan kepada garis yang telah ditetapkan Alloh dan tidak boleh menyalahinya.[8]
Kewenangan manusia untuk mengolah alam ini karena telah ditegaskan oleh Alloh bahwa tugas manusia di alam adalah sebagai kholifahtulloh.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ...
“ingatlah ketika Robb mu befirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi...” (QS.Al-Baqoroh:30)
Agar manusia mampu melaksanakan tugas dan fungsi penciptaannya, maka manusia dibekali oleh Alloh SWT dengan berbagai potensi atau kemampuan untuk memanfaatkan alam ini. Karena adanya alam maka dibutuhkan suatu disiplin ilmu untuk mengolahnya. Sehingga dalam konteks pendidikan islam untuk merealisasikan tugas manusia sebagai khalifatullah dan abd’ harus menjadikan upaya yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan lingkungannya.[9]
c.       Manusia
       Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah  telah membekali manusia dengan berbagai keutamaan sebagai ciri khas yang membedakan dengan makhluk yang lain.
Pada hakikatnya Pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah dasar manusia supaya sesuai dengan landasan pendidikan Islam.
كل مولد يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
“Tiap-tiap anak dilahirkan di atas fitrah maka ibu-bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nashrani atau majusi.”(HR. Bukhari Muslim).
Oleh sabab itu, Pendidikan Islam berusaha membimbing fitrah manusia agar tetap dalam kefitrahannya dan mampu berkembang sesuai dengan syari’at.

E.     Kesimpulan
Pembahasan mengenai dimensi ontologi pendidikan islam ialah membahas tentang hakikat-hakikat dari pendidikan islam yang meliputi pengertian pendidikan islam, dasar pendidikan islam, tujuan dan fungsinya serta objek-objek kajiannya.
Daftar Pustaka

Tafsir, Ahmad, 2003, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bakhtiar, Amsal, 2012,Filsafat Ilmu, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Nizar, Samsul, 2002,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Al-Rasyidin., Nizar, Samsul, 2005,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Yasin, Fatah, 2008, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang:UIN Malang Press.


[1] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), hlm.28.
[2] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2012), hlm.131-134.
[3] Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 25-30.
[4] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.34-35
[5] Ibid, hlm.37-38.
[6]Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,.. hlm.33.
[7] Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang:UIN Malang Press, 2008) hlm.54.
[8] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,..hlm.18
[9] Ibid., hlm 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Pilih Bahasa

Arsip Blog